SELAMAT DATANG di Bintang Maya ...

Sebuah blog sederhana sebagai media menulis untuk publik.
Tempat berbagi cerita, pengetahuan, dan informasi. Semoga bermanfaat ...

Minggu, 24 Juni 2012

Fonologi : Bunyi Bahasa dan Tata Bunyi

Tugas Mata Kuliah Fonologi 



Oleh : Mey Indriyani Inkiriwang
Mahasiswa Diksatrasia FKIP Unswagati Cirebon





BUNYI BAHASA DAN TATA BUNYI


1.  PENGERTIAN BUNYI BAHASA
Getaran udara yang yang masuk ke telinga berupa bunyi atau suara, yang dapat terjadi karena dua benda atau lebih yang bergeseran atau berbenturan. Bunyi bahasa dibuat oleh manusia untuk mengungkapkan sesuatu, dan dapat terwujud dalam nyanyian atau dalam tuturan.

1.1  Bunyi yang Dihasilkan oleh Alat Ucap Manusia
Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor yang terlibat, yaitu sumber tenaga (pernapasan), alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran, dimana bunyi bahasa yang dihasilkan berbeda-beda. Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut bunyi oral (contohnya [p], [g], [f]), bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung disebut bunyi sengau / nasal (contohnya [m], [n], [ñ], [ŋ]). Sedangkan bunyi bahasa yang arus udaranya sebagian keluar melalui mulut dan sebagian keluar dari hidung disebut bunyi yang disengaukan / dinasalisasi.
Bunyi bersuara terjadi apabila kedua pita suara berganti-ganti merapat dan merenggang dalam membentuk bunyi bahasa, bunyi bahasa yang dihasilkan akan terasa “berat”. Bunyi tak bersuara terjadi apabila pita suara direnggangkan sehingga udara tidak tersekat oleh pita suara, bunyi bahasa yang dihasikan akan terasa “ringan”. Perbedaan antara keduanya dapat dirasakan jika menutup kedua lubang telinga rapat-rapat. Disamping itu, pita suara dapat juga dirapatkan sehingga udara tersekat, bunyi yang dihasilkan disebut bunyi hambat glotal [?].
Macam bunyi bahasa yang kita hasilkan juga dipengaruhi oleh ada tidaknya hambatan dalam prosos pembuatannya.

1.2  Vokal dan Konsonan
            Berdasarkan ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam saluran suara, bunyi bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu vokal dan konsonan. Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu tinggi rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah), bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang), dan bentuk bibir pada pembentukkan vokal (vokal bundar atau bukan).

Feature Sejarah


SEJARAH KABUPATEN CIREBON



Lokasi Cirebon dalam Peta

            Kabupaten Cirebon adalah wilayah yang termasuk dalam bagian kota Cirebon dan terletak di Jawa Barat, tepatnya  disebelah utara (pantai utara Pulau Jawa). Secara historis, lahirnya Kabupaten Cirebon erat kaitannya dengan penyebaran Islam di Jawa yang dilakukan oleh Wali Sanga.

Sejarah Lahirnya Kabupaten Cirebon
Mengawali cerita sejarah ini, tersebutlah kerajaan besar di kawasan barat pulau Jawa PAKUAN PAJAJARAN yang Gemah Ripah Repeh Rapih Loh Jinawi Subur Kang Sarwa Tinandur Murah Kang Sarwa Tinuku, Kaloka Murah Sandang Pangan Lan Aman Tentrem Kawontenanipun. Dengan Rajanya JAYA DEWATA bergelar SRI BADUGA MAHARAJA PRABU SILIWANGI yang sangat dihormati, disanjung puja rakyatnya dan disegani oleh lawan-lawannya.

Feature Sejarah Cirebon


Keraton Kasepuhan Cirebon


Simbol Keraton Kasepuhan


            Cirebon adalah kota yang memiliki aset sejarah yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari peninggalan sejarah yang memiliki nilai historis yang cukup dikenal tidak hanya di Indonesia, melainkan juga di Mancanegara. Salah satu peninggalan sejarah tersebut berupa bangunan megah yang berfungsi sebagai istana, atau biasa disebut keraton. Keraton yang cukup terkenal di Cirebon salah satunya adalah Keraton Kasepuhan.

Sejarah Singkat Keraton Kasepuhan Cirebon

Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II (cicit dari Sunan Gunung Jati) yang menggantikan tahta dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1506. Beliau bersemayam di dalem Agung Pakungwati Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati, Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Beliau wafat pada tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua. Nama beliau diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.

Puisi : "Jendela Tanda Tanya"

Oleh : Meydee Inkiriwang


Ada lukisan tergantung di sisi jendela.

Lukisan gambar mereka dan semesta.
Bingkai suka duka dalam dunia maya. 
tanpa tanda tanya.


Seharusnya ada.


Aku ada untuk apa?
Aku hidup untuk hidup.
Belajar bagaimana caranya belajar.
Dan mati untuk hidup kembali.