SELAMAT DATANG di Bintang Maya ...

Sebuah blog sederhana sebagai media menulis untuk publik.
Tempat berbagi cerita, pengetahuan, dan informasi. Semoga bermanfaat ...

Selasa, 21 Februari 2012

Pengantar Kajian Bahasa : Metode Padan

Makalah 
Pengantar Kajian Bahasa


TEKNIK-TEKNIK METODE PADAN


BAB II
TEKNIK-TEKNIK METODE PADAN

Sudaryanto (1993) mengemukakan dua metode analisis data dalam penelitian linguistik, yaitu metode padan dan metode agih. Namun, dalam kesempatan kali ini, penulis dalam makalah ini hanya akan memaparkan mengenai teknik-teknik metode padan.
Metode dan teknik analisis data dalam penelitian apapun memegang peranan yang sangat penting. Ia tidak saja berfungsi sebagai pengarah jalannya penelitian tetapi lebih sebagai pisau analisis yang akan digunakan dalam “membedah” data dari konteksnya (aspek lain seperti lingkungan fisik atau sosial berkaitan dengan ujaran tertentu). Ia dapat dianalogikan sebagai teknik atau cara memasak suatu masakan. Untuk dapat menghasilkan masakan yang lezat, tidak hanya diperlukan bahan-bahan dasar yang baik tetapi yang lebih penting adalah penguasaan sang chef terhadap cara-cara memasak atau tips-tips memasak yang baik dan benar. Pisau apa yang harus digunakan untuk menghasilkan irisan daging yang pipih, atau potongan sayuran. Alat apa yang digunakan untuk menghasilkan bumbu yang halus dan merata, dan bagaimana cara memasak sayuran, yang tentu saja berbeda dengan cara memasak daging atau ikan laut, sebagainya, bagaimana cara menghidangkan masakan tersebut agar tampak lebih menarik sehingga menggugah selera makan. 

Peneliti sebagai chef dalam penelitiannya harus pula mengetahui alat dan cara apa yang harus digunakan dalam mengolah data penelitiannya, dan bagaimana cara menyajikan hasil analisisnya itu agar lebih menarik untuk dibaca dan mudah dipahami.
Metode dalam ilmu pengetahuan adalah cara yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditemukan. Sistem merupakan suatu susunan yang berfungsi dan bergerak; ilmu memiliki objek yang dapat dikaji secara sistematis. Metode dan teknik adalah dua istilah yang digunakan untuk menunjukkan dua konsep yang berbeda tetapi berhubungan langsung satu sama lain.
Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode. Sebagai cara, kejatian teknik ditentukan adanya oleh alat yang dipakai (Sudaryanto 1993:9).

2.1 Metode Padan dan Alat Penentunya
Metode padan adalah metode/cara yang digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data yang alat penentunya di luar,  terlepas, dan  tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Alat penentu yang dimaksud menurut Sudaryanto (1993:15) dapat dikelompokkan atas lima sub jenis yaitu:
a)      Alat penentunya ialah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa (metodenya disebut referensial). Contoh:
·         Penentuan bahwa nomina (kata benda) itu adalah kata yang menyatakan benda-benda.
·         Penentuan bahwa verba (kata kerja) itu adalah kata yang menyatakan tindakan tertentu.
b)      Alat penentunya berupa organ wicara (nama metodenya fonetis artikulatoris). Contoh:
·         Penentuan bahwa vokal adalah bunyi yang dihasilkan tanpa penghalang kecuali pada pita suara.
·         Penentuan bahwa kalimat adalah serentetan bunyi yang diakhiri oleh kesenyapan karena tiadanya lagi kerja organ wicara.
c)      Alat penentunya langue lain (metodenya bernama translasional). Contoh:
·         Penentuan bahwa verba (kata kerja) dalam bahasa Indonesia  ialah kata yang dalam bahasa Inggris, Prancis, atau bahasa Indo-Eropa lainnya dikonjungsikan.
·         Penentuan bahwa kata depan atau preposisi di bahasa Indonesia ialah kata yang dalam bahasa Jawa adalah ing.
d)     Alat penentunya perekam dan pengawet bahasa, yaitu tulisan (nama metodenya ortografis). Contoh:
·         Penentuan bahwa kalimat adalah satuan lingual yang dalam bentuk tulisan diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
·         Penentuan bahwa kata adalah satuan lingual yang dalam bentuk tulisan diawali dan diakhiri dengan spasi.
e)      Alat penentunya mitra wicara (metodenya bernama pragmatis). Contoh:
·         Penentuan bahwa kalimat perintah adalah kalimat yang bila diucapkan menimbulkan reaksi tindakan tertentu dari mitra wicaranya.
·         Penentuan bahwa kata afektif adalah kata yang bila diucapkan akan menimbulkan akibat emosional tertentu pada mitra wicaranya.
Referent atau apa yang dibicarakan, organ wicara beserta bagian-bagiannya, tulisan, dan orang yang menjadi lawan bicara, jelas semuanya bukan bahasa. Sedangkan langue lain juga bukan termasuk bahasa, dalam hal ini bukan merupakan bahasa yang sedang menjadi objek sasaran penelitian, yang kejatian atau identitasnya ditentukan berdasarkan tingginya kadar kesepadanannya, keselarasannya, kesesuaiannya, kecocokannya, atau kesamaannya dengan alat penentu yang bersangkutan yang sekaligus menjadi standar atau pembakunya. Oleh sebab itu, metode yang menggunakan semua alat penentu itu disebut dengan “metode padan”.


2.2 Teknik Metode Padan
2.2.1 Teknik Dasar : Teknik Pilah Unsur Penentu
Berdasarkan tahap penggunaannya, teknik dalam metode padan dibedakan menjadi dua, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum teknik lanjutan. Teknik dasar yang dimaksud disebut teknik pilah unsur penentu (teknik PUP) yang alatnya berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya. Daya pilah sesuai dengan jenis penentu yang akan dipisah-pisahkan menjadi berbagai unsur itu maka disebut daya pilah referensial, daya pilah ortografis, dan daya pilah pragmatis.
Daya pilah dipandang sebagai alat, sedangkan penggunaan alat yang bersangkutan dipandang sebagai tekniknya.
Berkaitan dengan bahasa, sejauh mana misalnya bunyi bahasa tertentu itu memiliki kejatian tersendiri yang berbeda dengan kejatian bunyi bahasa yang lain, hal itu bergantung pada sifat atau watak bunyi bahasa itu masing-masing. Berikut ini adalah penggunaan daya pilah pada metode padan !
a)      Daya Pilah sebagai Pembeda Referen
Untuk membagi satuan lingual , maka perbedaan referen atau sosok teracu yang ditunjuk oleh satuan lingual tersebut harus diketahui lebih dahulu, dan untuk mengetahui perbedaan referen itu maka daya pilah yang bersifat mental dari peneliti harus digunakan. Contoh : dalam membagi satuan lingual berupa kata, dengan daya pilah, dapat diketahui bahwa referen itu ada yang berupa benda, kerja, sifat, dsb.    
b)      Daya Pilah sebagai Pembeda Organ Wicara
Dalam kaitannya dengan pembentukan satuan lingual tertentu, misalnya bunyi, kata, kalimat, dll, akan kelihatan bahwa organ wicara dapat berbeda-beda dalam mengaktifkan bagian-bagiannya. Contoh : pembentukan satuan lingual berupa bunyi, daya pilah dalam hal pembeda organ wicara dapat berupa bunyi vokal, bunyi konsonan, dsb.
c)      Daya Pilah sebagai Pembeda Larik Tulisan
Dalam kaitannya dengan penulisan satuan lingual tertentu, penggunaan daya pilah dari seorang peneliti sangat dibutuhkan untuk membedakannya dengan satuan lingual lainnya. Contoh : penulisan kata, kalimat, paragraf, dsb.
d)      Daya Pilah sebagai Pembeda Reaksi dan Kadar Keterdengaran
Dalam kaitannya dengan mitra wicara, dapat dibedakan pula adanya reaksi yang bermacam-macam di samping juga dengan kadar keterdengarannya. Contoh : daya pilah dalam hal reaksi, bertindak menuruti atau menentang apa yang diucapkan oleh si pembicara termasuk dalam kalimat perintah. Dan daya pilah dalam hal kadar keterdengaran, terdengar melengking tinggi atau biasa termasuk dalam kalimat seru.
e)      Daya Pilah sebagai Pembeda Sifat dan Watak Aneka Langue
Dalam kaitannya dengan langue yang lain, misalnya bahasa Inggris, ada unsur atau satuan lingual yang mengalami perubahan bentuk dan selalu mengandung bagian -ly, ness, the, dan sebagainya. Itu semua dapat diketahui berkat daya pilah yang digunakan oleh si peneliti. Berdasarkan hal itu, satuan lingual bahasa Indonesia, misalnya, dapat dibedakan menjadi nomina (yang dalam bahasa Inggris dapat diberi the), verba (yang dalam bahasa Inggris dapat diubah bentuk secara konjugatif), adverbia (yang dalam bahasa Inggris mengandung -ly), dll.

Sering dalam menggunakan daya pilah si peneliti dibantu oleh alat lain yang berada diluar dirinya sendiri tetapi “melekat” pada unsur penentu yang sifatnya khas, misalnya perbedaan bentuk huruf (tulisan), perbedaan bentuk mulut (organ wicara), dsb. 
Dalam menentukan satuan lingual tersebut, satuan lingual yang bersangkutan benar-benar disesuaikan, diselelaraskan, dicocokan, disamakan, atau disepadankan dengan identitas atau kejatian unsur penentunya. Jadi, terdapat hubungan padan antara unsur penentu dengan unsur yang ditentukan.  

2.2.2 Teknik Lanjutan : Teknik HBS, Teknik HBB, dan Teknik HBSP
Dalam praktek penelitian yang sesungguhnya, hubungan padan itu berupa hubungan banding antara semua unsur penentu yang relevan dengan semua unsur data yang ditentukan. Dengan kata lain, mencari semua persamaan (teknik hubung banding menyamakan/HBS, alatnya daya banding menyamakan) dan perbedaan (teknik hubung banding membedakan/HBB, alatnya daya banding membedakan) semua unsur tersebut untuk kemudian mencari persamaan pokoknya (teknik hubung banding menyamakan hal pokok/HBSP, alatnya daya banding menyamakan hal pokok).


2.3 Pengertian “Alat” : Alat Penentu dan Alat Penggerak bagi Alat Penentu
Di samping alat yang berupa daya mental, dilihat dari sudut pandang penelitian itu sendiri, setiap unsur yang menjadi standar banding atau pembaku (referen, organ wicara, langue lain, tulisan, dan mitra wicara) dipandang sebagai alatnya pula. Maka dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pembaku tersebut merupakan alat penentu (yang menentukan) identitas objek sasaran penelitian (yang berupa satuan lingual), sedangkan daya banding yang bersifat mental tersebut merupakan alat penggerak bagi pembaku. Demi kukuhnya pemilahan konsep, maka alat penggerak bagi alat penentu disebut dengan istilah piranti sedangkan alat penentu disebut dengan istilah alat. Jadi, daya-daya mental yang dimaksud adalah piranti yang memungkinkan alat (penentu) tertentu dapat digunakan.  
   
2.4 Diagram Antar-Hubungan Teknik-teknik Analisis Metode Padan

Untuk menganalisis data penelitian sinkronis, penulis mengajurkan untuk menggunakan metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Yang dimaksud penulis dengan metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun yang terdapat dalam beberapa bahasa yang berbeda. Sebaliknya, jika peneliti menghubung-bandingkan masalah bahasa dengan hal di luar bahasa peneliti menggunakan metode padan ekstralingual.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
            Metode padan akan dapat digunakan dengan baik apabila telah menguasai seluk-beluk penentu, dan itu tidaklah mudah. Dibutuhkan ilmu-ilmu yang mendasar mengenai hal itu seperti ilmu yang objek penelitiannya isi tuturan manusia (referen); fisiologi mulut dan bagian-bagiannya (organ wicara); ortografi, grafologi, dan paleografi (tulisan); linguistik mengenai bahasa (langue lain); serta psikologi, fonetik, auditif, dan pragmatik (mitra wicara). 
            Teknik dasar penelitian tidak mengenai data penelitian melainkan alat pembantu analisis, karena setelah dia mempercayai adanya antar-hubungan data lingual tempat objek penelitiannya dengan sesuatu yang lain, yaitu kenyataan di luarnya, yaitu seluk-beluk kenyataan yang lain yang dapat digunakan secara tepat sebagai pembaku pembandingan atau standar pemadanan atau alat ukur penentu identitas objek sasaran yang sedang dianalisis.  
           
3.2 Saran
Melihat begitu kompleksnya teknik penguasaan metode padan, sehingga ada baiknya untuk dapat menggunakan metode ini dengan benar perlu adanya pemahaman mengenai ilmu-ilmu lain yang menunjang.


DAFTAR PUSTAKA
      

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.

Referensi :

sarjoni.wordpress.com

Penulis :
MEY INDRIYANI INKIRIWANG
Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon


4 komentar:

  1. Saya prnah denger ttang metode padan semantik, itu apa ya Kak?

    BalasHapus
  2. kak aku masih bingung bagaimana menerapkan ke tiga teknik lanjutannya dalam penelitan,,, bisa minta contohnya ga kak?? trima kasih kak,,, mohon bantuannya,,,

    BalasHapus