Pengantar Kajian Bahasa
TEKNIK-TEKNIK METODE PADAN
BAB
II
TEKNIK-TEKNIK
METODE PADAN
Sudaryanto
(1993) mengemukakan dua metode analisis data dalam penelitian linguistik, yaitu metode padan dan metode agih.
Namun, dalam kesempatan kali ini, penulis dalam makalah ini hanya akan memaparkan
mengenai teknik-teknik metode padan.
Metode dan teknik
analisis data dalam penelitian apapun memegang peranan yang sangat penting. Ia
tidak saja berfungsi sebagai pengarah jalannya penelitian tetapi lebih sebagai
pisau analisis yang akan digunakan dalam “membedah” data dari konteksnya (aspek
lain seperti lingkungan fisik atau sosial berkaitan dengan ujaran tertentu). Ia
dapat dianalogikan sebagai teknik atau cara memasak suatu masakan. Untuk dapat
menghasilkan masakan yang lezat, tidak hanya diperlukan bahan-bahan dasar yang
baik tetapi yang lebih penting adalah penguasaan sang chef terhadap cara-cara memasak atau tips-tips memasak yang baik
dan benar. Pisau apa yang harus digunakan untuk menghasilkan irisan daging yang
pipih, atau potongan sayuran. Alat apa yang digunakan untuk menghasilkan bumbu
yang halus dan merata, dan bagaimana cara memasak sayuran, yang tentu saja
berbeda dengan cara memasak daging atau ikan laut, sebagainya, bagaimana cara
menghidangkan masakan tersebut agar tampak lebih menarik sehingga menggugah
selera makan.
Peneliti sebagai chef dalam penelitiannya harus pula
mengetahui alat dan cara apa yang harus digunakan dalam mengolah data
penelitiannya, dan bagaimana cara menyajikan hasil analisisnya itu agar lebih
menarik untuk dibaca dan mudah dipahami.
Metode dalam ilmu
pengetahuan adalah cara yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditemukan. Sistem merupakan suatu susunan
yang berfungsi dan bergerak; ilmu memiliki objek yang dapat dikaji secara
sistematis. Metode dan teknik adalah dua istilah yang digunakan untuk
menunjukkan dua konsep yang berbeda tetapi berhubungan langsung satu sama lain.
Metode adalah cara yang harus
dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode. Sebagai cara, kejatian
teknik ditentukan adanya oleh alat yang dipakai (Sudaryanto 1993:9).
2.1 Metode Padan dan Alat Penentunya
Metode padan adalah metode/cara yang
digunakan dalam upaya menemukan kaidah
dalam tahap analisis data yang alat penentunya di luar, terlepas,
dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue)
yang bersangkutan. Alat penentu yang dimaksud menurut Sudaryanto (1993:15)
dapat dikelompokkan atas lima sub jenis yaitu:
a)
Alat
penentunya ialah kenyataan yang ditunjuk oleh bahasa atau referent bahasa
(metodenya disebut referensial).
Contoh:
·
Penentuan
bahwa nomina (kata benda) itu adalah kata yang menyatakan benda-benda.
·
Penentuan
bahwa verba (kata kerja) itu adalah kata yang menyatakan tindakan tertentu.
b)
Alat
penentunya berupa organ wicara (nama
metodenya fonetis artikulatoris).
Contoh:
·
Penentuan
bahwa vokal adalah bunyi yang dihasilkan tanpa penghalang kecuali pada pita
suara.
·
Penentuan
bahwa kalimat adalah serentetan bunyi yang diakhiri oleh kesenyapan karena
tiadanya lagi kerja organ wicara.
c)
Alat
penentunya langue lain (metodenya bernama translasional). Contoh:
·
Penentuan
bahwa verba (kata kerja) dalam bahasa Indonesia
ialah kata yang dalam bahasa Inggris, Prancis, atau bahasa Indo-Eropa
lainnya dikonjungsikan.
·
Penentuan
bahwa kata depan atau preposisi di
bahasa Indonesia ialah kata yang dalam bahasa Jawa adalah ing.
d)
Alat
penentunya perekam dan pengawet bahasa, yaitu tulisan (nama metodenya ortografis).
Contoh:
·
Penentuan
bahwa kalimat adalah satuan lingual yang dalam bentuk tulisan diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
·
Penentuan
bahwa kata adalah satuan lingual yang dalam bentuk tulisan diawali dan diakhiri
dengan spasi.
e)
Alat
penentunya mitra wicara (metodenya
bernama pragmatis). Contoh:
·
Penentuan
bahwa kalimat perintah adalah kalimat yang bila diucapkan menimbulkan reaksi tindakan
tertentu dari mitra wicaranya.
·
Penentuan
bahwa kata afektif adalah kata yang bila diucapkan akan menimbulkan akibat
emosional tertentu pada mitra wicaranya.
Referent atau apa yang dibicarakan, organ wicara beserta bagian-bagiannya, tulisan,
dan orang yang menjadi lawan bicara, jelas semuanya bukan bahasa. Sedangkan langue lain juga bukan termasuk bahasa,
dalam hal ini bukan merupakan bahasa yang sedang menjadi objek sasaran
penelitian, yang kejatian atau identitasnya ditentukan berdasarkan tingginya
kadar kesepadanannya, keselarasannya, kesesuaiannya, kecocokannya, atau
kesamaannya dengan alat penentu yang bersangkutan yang sekaligus menjadi
standar atau pembakunya. Oleh sebab itu, metode yang menggunakan semua alat
penentu itu disebut dengan “metode
padan”.
2.2 Teknik Metode Padan
2.2.1 Teknik Dasar : Teknik Pilah Unsur Penentu
Berdasarkan tahap penggunaannya, teknik
dalam metode padan dibedakan menjadi dua, yaitu teknik dasar dan teknik
lanjutan. Teknik dasar harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum teknik
lanjutan. Teknik dasar yang dimaksud disebut teknik pilah unsur penentu (teknik
PUP) yang alatnya berupa daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh
penelitinya. Daya pilah sesuai dengan jenis penentu yang akan dipisah-pisahkan
menjadi berbagai unsur itu maka disebut daya pilah referensial, daya pilah
ortografis, dan daya pilah pragmatis.
Daya pilah dipandang sebagai alat,
sedangkan penggunaan alat yang bersangkutan dipandang sebagai tekniknya.
Berkaitan dengan
bahasa, sejauh mana misalnya bunyi bahasa tertentu itu memiliki kejatian
tersendiri yang berbeda dengan kejatian bunyi bahasa yang lain, hal itu
bergantung pada sifat atau watak bunyi bahasa itu masing-masing. Berikut ini
adalah penggunaan daya pilah pada metode padan !
a) Daya
Pilah sebagai Pembeda Referen
Untuk membagi satuan lingual , maka perbedaan
referen atau sosok teracu yang ditunjuk oleh satuan lingual tersebut harus
diketahui lebih dahulu, dan untuk mengetahui perbedaan referen itu maka daya
pilah yang bersifat mental dari peneliti harus digunakan. Contoh : dalam
membagi satuan lingual berupa kata, dengan daya pilah, dapat diketahui bahwa
referen itu ada yang berupa benda, kerja, sifat, dsb.
b) Daya
Pilah sebagai Pembeda Organ Wicara
Dalam kaitannya dengan pembentukan satuan lingual
tertentu, misalnya bunyi, kata, kalimat, dll, akan kelihatan bahwa organ wicara
dapat berbeda-beda dalam mengaktifkan bagian-bagiannya. Contoh : pembentukan
satuan lingual berupa bunyi, daya pilah dalam hal pembeda organ wicara dapat
berupa bunyi vokal, bunyi konsonan, dsb.
c) Daya
Pilah sebagai Pembeda Larik Tulisan
Dalam kaitannya dengan penulisan satuan lingual
tertentu, penggunaan daya pilah dari seorang peneliti sangat dibutuhkan untuk
membedakannya dengan satuan lingual lainnya. Contoh : penulisan kata, kalimat,
paragraf, dsb.
d) Daya
Pilah sebagai Pembeda Reaksi dan Kadar Keterdengaran
Dalam kaitannya dengan mitra wicara, dapat
dibedakan pula adanya reaksi yang bermacam-macam di samping juga dengan kadar
keterdengarannya. Contoh : daya pilah dalam hal reaksi, bertindak menuruti atau menentang apa yang diucapkan oleh
si pembicara termasuk dalam kalimat perintah. Dan daya pilah dalam hal kadar keterdengaran, terdengar
melengking tinggi atau biasa termasuk dalam kalimat seru.
e) Daya
Pilah sebagai Pembeda Sifat dan Watak Aneka Langue
Dalam kaitannya dengan langue yang lain, misalnya
bahasa Inggris, ada unsur atau satuan lingual yang mengalami perubahan bentuk
dan selalu mengandung bagian -ly, ness,
the, dan sebagainya. Itu semua dapat diketahui berkat daya pilah yang
digunakan oleh si peneliti. Berdasarkan hal itu, satuan lingual bahasa
Indonesia, misalnya, dapat dibedakan menjadi nomina (yang dalam bahasa Inggris
dapat diberi the), verba (yang dalam
bahasa Inggris dapat diubah bentuk secara konjugatif), adverbia (yang dalam
bahasa Inggris mengandung -ly), dll.
Sering dalam
menggunakan daya pilah si peneliti dibantu oleh alat lain yang berada diluar
dirinya sendiri tetapi “melekat” pada unsur penentu yang sifatnya khas,
misalnya perbedaan bentuk huruf (tulisan), perbedaan bentuk mulut (organ
wicara), dsb.
Dalam menentukan
satuan lingual tersebut, satuan lingual yang bersangkutan benar-benar
disesuaikan, diselelaraskan, dicocokan, disamakan, atau disepadankan dengan identitas atau kejatian unsur penentunya. Jadi,
terdapat hubungan padan antara unsur
penentu dengan unsur yang ditentukan.
2.2.2 Teknik Lanjutan : Teknik HBS, Teknik HBB, dan Teknik HBSP
Dalam praktek penelitian yang
sesungguhnya, hubungan padan itu berupa hubungan banding antara semua unsur penentu
yang relevan dengan semua unsur data yang ditentukan. Dengan kata lain, mencari
semua persamaan (teknik hubung banding menyamakan/HBS, alatnya daya banding
menyamakan) dan perbedaan (teknik hubung banding membedakan/HBB, alatnya daya
banding membedakan) semua unsur tersebut untuk kemudian mencari persamaan
pokoknya (teknik hubung banding menyamakan hal pokok/HBSP, alatnya daya banding
menyamakan hal pokok).
2.3 Pengertian “Alat” : Alat Penentu dan Alat Penggerak bagi Alat Penentu
Di samping alat yang berupa daya mental,
dilihat dari sudut pandang penelitian itu sendiri, setiap unsur yang menjadi
standar banding atau pembaku (referen, organ wicara, langue lain, tulisan, dan mitra wicara) dipandang sebagai alatnya
pula. Maka dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pembaku tersebut merupakan alat penentu (yang menentukan)
identitas objek sasaran penelitian (yang berupa satuan lingual), sedangkan daya
banding yang bersifat mental tersebut merupakan alat penggerak bagi pembaku. Demi kukuhnya pemilahan konsep, maka
alat penggerak bagi alat penentu disebut dengan istilah piranti sedangkan alat penentu disebut dengan istilah alat. Jadi, daya-daya mental yang
dimaksud adalah piranti yang memungkinkan alat (penentu) tertentu dapat
digunakan.
2.4 Diagram Antar-Hubungan Teknik-teknik Analisis Metode Padan
Untuk
menganalisis data penelitian sinkronis, penulis mengajurkan untuk menggunakan
metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Yang dimaksud penulis
dengan metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara
menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat
dalam satu bahasa maupun yang terdapat dalam beberapa bahasa yang berbeda.
Sebaliknya, jika peneliti menghubung-bandingkan masalah bahasa dengan hal di
luar bahasa peneliti menggunakan metode padan ekstralingual.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
3.1
Simpulan
Metode padan akan dapat digunakan
dengan baik apabila telah menguasai seluk-beluk penentu, dan itu tidaklah
mudah. Dibutuhkan ilmu-ilmu yang mendasar mengenai hal itu seperti ilmu yang
objek penelitiannya isi tuturan manusia (referen); fisiologi mulut dan
bagian-bagiannya (organ wicara); ortografi, grafologi, dan paleografi
(tulisan); linguistik mengenai bahasa (langue lain); serta psikologi, fonetik,
auditif, dan pragmatik (mitra wicara).
Teknik
dasar penelitian tidak mengenai data penelitian melainkan alat pembantu
analisis, karena setelah dia mempercayai adanya antar-hubungan data lingual
tempat objek penelitiannya dengan sesuatu yang lain, yaitu kenyataan di
luarnya, yaitu seluk-beluk kenyataan yang lain yang dapat digunakan secara
tepat sebagai pembaku pembandingan atau standar pemadanan atau alat ukur
penentu identitas objek sasaran yang sedang dianalisis.
3.2
Saran
Melihat begitu kompleksnya teknik
penguasaan metode padan, sehingga ada baiknya untuk dapat menggunakan metode
ini dengan benar perlu adanya pemahaman mengenai ilmu-ilmu lain yang menunjang.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudaryanto.
1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana
University Press.
Referensi :
sarjoni.wordpress.com
Penulis :
MEY INDRIYANI INKIRIWANG
Mahasiswa Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
mkasih ya,,,
BalasHapussundul
BalasHapusSaya prnah denger ttang metode padan semantik, itu apa ya Kak?
BalasHapuskak aku masih bingung bagaimana menerapkan ke tiga teknik lanjutannya dalam penelitan,,, bisa minta contohnya ga kak?? trima kasih kak,,, mohon bantuannya,,,
BalasHapus